Postingan

Goresan Mimpi Pemimpi

Goresan Mimpi Pemimpi Talking about dream,many people have it. But a little bit people reach it. Memang terdengar agak sombong. Bahkan sangat sombong jika seseorang secara bangga mengucapkan apa mimpinya kepada dunia. Padahal bisa jadi itu ada dua makna. Pertama,mungkin dia pada dasarnya ingin didengar. Kedua,dia hanya ingin memberi tahu pada dunia bahwa ini mimpiku! Begitupun aku. Sama seperti lautan manusia lainnya dengan bermilyar mimpi seperti buih di lautan itu. Aku juga memiliki mimpi. But I can’t gave it to another people. I can’t. Karena walau bagaimanapun ini mimpiku. Hanya diriku yang berhak mengenyam apa yang aku impikan. Dulu terkadang saya suka berbaring sambil menghadap ke arah langit saat malam hari. Menggerak-gerakkan jari mengarah ke langit. Mencoba melukis apa yang tertera di kepala dan mencoba mengukir apa yang tertanam dalam batin. Namun ketika aku buka mata ini lebih luas lagi,dunia ini tidak menerimaku. Banyak sekali mimpi yang dicampakkan. Banyak se

Bahkan Bidadaripun Membalas Suratku

From: Bidadari Koridor Kampus Ya, tahukah kamu? Aku masih merasa semua yang kamu ungkapkan dan kamu tuliskan itu hanya mitos. Aku sedikit tidak percaya, bahwa aku adalah orang yang mampu membuatmu tergila-gila hanya karena senyum yang aku perlihatkan saat aku sedang tertawa bersama teman-temanku. Aku sedikit tidak percaya, bahwa aku adalah alasan kamu begadang buat aku hanya untuk menuliskan semua perasaan yang kamu rasakan saat itu yang bahkan mungkin kamu tidak tau sama sekali aku siapa. Ya, dan tahukah kamu? Setelah aku menelisik sambil melihat kembali penjelasan-penjelasan yang telah kamu berikan, aku mulai yakin bahwa kamu tidak bohong. Itu merupakan tulisan terjujur yang bahkan aku tidak lihat di buku maupun di film yang pernah aku lihat, semuanya berbeda, kamu mengungkapkannya dengan sangat sederhana tapi mampu membuatku tergila-gila. Ya, aku mencintaimu. Aku sangat mencintaimu. Kamu, lelaki biasa yang juga mencintaiku dengan cara yang tidak biasa. Kamu adalah alasan

Urgensi Pemuda Dalam Dakwah Tanah Air

"...berikan aku sepuluh pemuda maka akan kuguncangkan dunia!" (Pidato Presiden 1 RI Soekarno) "Ketika saya mendapat masalah besar,orang yang saya temui adalah para pemuda." (Khilafah Kedua Umar bin Khattab r.a.)  Pemuda. Pemuda. Dan (lagi-lagi) pemuda. Segitu besar dan berartinya ya pemuda itu? Hah? Iya?  Mari kita kuak lagi kisah sejarah tanah air ini.  Siapakah yang berhasil menurunkan Presiden Kedua Soeharto?  Siapakah yang gugur dari Universitas Trisakti?  Siapakah yang diberi gelar Pahlawan Ampera?  Iya. Itulah PEMUDA. Pemuda adalah intisari dari pergerakan bangsa ini. Banyak sekali perubahan yang ditampilkan oleh pemuda itu sendiri. Sejarah mencatatkan Muhammad Al-Fatih menakhlukan Konstantinopel pada usia 21 Tahun. Ini membuktikan memang pemuda lah penggerak peradaban suatu zaman. Lalu kemana semua kehebatan itu? Kemana gerakan itu? Semua lenyap oleh tindakan Yahudi laknatullah yang membuat kita terlalu menyibukkan diri dengan urusan dan trending yang t

Surat Cinta Untuk Asrama (Memorandum indah satu tahun di penjara suci)

Surat Cinta Untuk Asrama Sebelum kamu baca surat ini sampai habis,percayalah kepadaku bahwa aku menulis surat ini dengan menangis Surat ini kutujukan padamu. Dirimu yang telah memuhasabahkan diriku. Kau tahu,orang bijak pernah berkata kepadaku. Dia berkata: “jika kamu ingin tahu tentang sesuatu,maka tangkaplah kesan pertama yang kamu dapat dari hal itu. Tapi jangan pernah langsung simpulkan itu, karena percayalah itu hanya akan menyebabkan celaka.” Dan orang bijak lainnya pernah berkata kepadaku. “Perkenalan pertamamu  akan sesuatu akan menentukan rasa dirimu terhadap hal tersebut.” Kau tahu dimana pertama kali  aku tahu dirimu? Ya. Di pengumuman penerimaan mahasiswa bidikmisi. Disana jelas tertulis “Mahasiswa Bidikmisi wajib memasuki asrama.” Bagiku,memasuki dan mengarungi dunia asrama sudah bukan hal asing bagiku. Aku,sang anak miskin dari Pulau dengan garis pantai terpanjang di Indonesia dalam produksi garam. Bayangkanlah kawan. Aku anak yang terlahir misk

Razzan An-Najjar,Wanita Emansipasi Dunia

Razan An-Najjar,Wanita Emansipasi Dunia. Beberapa bulan yang lalu negeri kita tercinta merayakan salah satu kelahiran putri bangsa yang ditetapkan sebagai hari libur nasional dan peringatan nasional. Yap,hari kartini. Bagaimana seorang ibu Indonesia memperjuangkan kemerdekaan dan kesamaan derajat antara kaum adam dan hawa di negeri kita. Bagaimana saat itu para perempuan menganggap bahwa keterlibatan pihak perempuan sangat berperan dalam kemerdekaan negara kita. Banyak sekali pahlawan negara Indonesia yang berasal dari kaum hawa. Salah satu contohnya seperti Cut Nyak Dien,Cut Meutia,Martha Christina Tiahahu,dan masih banyak lagi. Mereka berjuang untuk merebut kemerdekaan negeri ini tanpa memperhatikan gender yang mereka miliki karena bagi beliau jauh lebih bahagia melihat negerinya merdeka walau dirinya mati berkalang tanah. Beberapa hari lalu publik dunia sempat geger dengan meninggalnya seseorang perempuan hebat yang pernah ada dari sekian perempuan hebat di dunia ini. Iya,

Si Garam di Kuah Rendang

Si Garam di Kuah Rendang Alkisah,ada seorang anak yang miskin. Sangat miskin. Setiap hari dia harus tidur beralaskan tikar dan berbantalkan langit-langit masjid. Dindingnya memang terbuat dari beton. Dan disitulah paku-paku tajam menancap di dinding tersebut menempel secercah harapan dan mimpi. Sesekali ia tersenyum penuh arti walau sering kali ditegur oleh jamaah lain bahkan sampai dibilang gila karena tingkahnya. Tapi dia tetap saja tersenyum penuh arti. Kamu mau tau apa isi kertas itu sehingga anak lugu itu tersenyum penuh arti? Ya. Tulisan itu bertuliskan “Mutiara bangsa ini berhak mengenyam pendidikan. Jika ada seseorang yang rela memberikan hal kecil itu,biarkan aku yang akan memberikannya.” Kau tau siapa mutiara bangsa ini? Ya itu kalian dan sebagian besar anak negeri ini yang kurang beruntung seperti kalian. Kalian yang telah benar-benar menjadi mutiara dan sebagian yang masih karam di pelosok desa sana dengan beragam masalah dan rintangan. Tiba-tiba dirinya terin